Diabetes atau Kencing Manis merupakan penyakit yang sangat berbahaya, Menurut Kementrian Kesehatan pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia lebih dari usia 15 tahun yang mengidap Diabetes sebanyak 6,9%.
Prevalensi Diabetes tertinggi yang terdiagnosis oleh dokter di Indonesia adalah:
- Yogyakarta (2,6%)
- DKI Jakarta (2,5%)
- Sulawesi Utara (2,4%)
- Kalimantan Timur (2,3%)
Wanita di perkotaan dengan pendidikan tinggi mempunyai prevalensi Diabetes yang cenderung lebih tinggi dibandingkan laki � laki.
Kelompok umur yang paling banyak mengidap Diabetes adalah 45 � 52 tahun dengan resiko Diabetes yang meningkat seiring penambahan usia. Terutama pada usia diatas 40 tahun. Peningkatan resiko ini dikarenakan terjadi intoleransi glukosa.
Ada Beberapa Tipe Diabetes
- Diabetes Mellitus tipe I : Diabetes yang disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh penderita sehingga menyebabkan kerusakan sel beta pankreas. Kerusakan ini menyebabkan penurunan jumlah produksi insulin yang berperan sebagai kunci untuk membuka pintu sel tubuh supaya glukosa bisa masuk. Penderita Diabetes Tipe 1 ini dikenal sebagai Diabetes yang tergantung pada suntikan insulin, dan biasanya muncul pada usia anak�anak.
- Diabetes Mellitus tipe II: Diabetes yang terjadi akibat kerusakan pintu sel tubuh sehingga tidak mau terbuka (resistensi insulin). Akibatnya sel tubuh kelaparan dan kadar gula darah meningkat dikarenakan penumpukan glukosa darah. Diabetes tipe ini mulanya diatasi dengan pengaturan pola makan dan latihan fisik. Apabila glukosa darah masih belum terkendali, maka perlu ditambahkan dengan obat diabetes jenis tablet (obat hipoglikemik oral).
- Diabetes Mellitus tipe III atau MRDM (Malnutrition related Diabetes Mellitus): Diabetes tipe ini berkaitan dengan radang pankreas (pankreatitis), kelainan hormonal, atau obat � obatan. Diabetes tipe ini diawali dengan kondisi kekurangan gizi (malnutrisi).
- Diabetes Mellitus tipe IV (Diabetes pada kehamilan atau Gestasional Diabetes Mellitus): Diabetes yang timbul pada saat kehamilan, yang dikenal sebagai Diabetes Gestasional. Penyebabnya adalah berkurangnya fungsi tubuh selama kehamilan dalam menghadapi naiknya kadar gula darah.
- Diabetes tipe lain: Diabetes yang disebabkan oleh penyakit lainnya, misalnya kerusakan hati (sirosis hepatik).
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011, berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki epidemi Diabetes Mellitus tipe 2.
Diperkirakan hanya sekitar 50% penyandang diabetes yang sudah terdiagnosa di Indonesia. Dari yang terdiagnosa tersebut, hanya dua per tiga saja yang mendapatkan pengobatan.
Terapi Diabetes bertujuan untuk menormalkan kembali aktivitas insulin dan kadar glukosa darah. Dengan demikian akan mengurangi terjadinya komplikasi.
Tips pengelolaan Diabetes dapat dilakukan dengan cara 4 sehat 5 teratur yaitu:
- Edukasi Diabetes: rajin mencari informasi atau mengikuti perkembangan mengenai Diabetes sehingga dapat memahami seluk beluk Diabetes beserta cara pengendaliannya.
- Aktivitas fisik: latihan aktivitas fisik atau olah raga dapat dilakukan selama 3 � 4 kali seminggu selama 30 menit untuk mendapatkan hasil maksimal sehingga gula dalam darah dapat terus digunakan dengan baik melalui latihan fisik.
- Pengaturan pola makan: penderita Diabetes perlu menjaga pola makan rendah gula dan tinggi serat untuk menjaga gula darah seimbang. Jumlah kalori dibatasi dengan perbandingan 25 kalori x berat badan untuk wanita dan 30 kalori x berat badan untuk laki � laki. Jadwal pengaturan pola makan dibagi menjadi enam kali yang terdiri dari tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan ringan.
- Terapi obat atau insulin: setelah pengaturan pola makan dan aktivitas fisik telah dilakukan, asupan terapi obat akan dianjurkan oleh dokter sesuai dengan kebutuhan penderita Diabetes yaitu obat oral atau insulin.
- Swa-monitoring glukosa darah/Self-Monitoring of Blood Glucose (SMBG): pemeriksaan gula darah secara mandiri untuk memantau kadar gula darah dalam waktu tertentu.
Swa-Monitoring Glukosa Darah/Self-Monitoring of Blood Glucose (SMBG)
Berdasarkan International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2008, SMBG disarankan bagi penderita diabetes tipe II, baik bagi penderita yang menggunakan insulin maupun yang belum menggunakan. Dengan melakukan SMBG, penderita diabetes dapat memantau kadar gula darah secara optimal dan hemat biaya.
International Diabetes Federation (IDF) memiliki beberapa panduan bagi penderita diabetes tipe II yang tidak menggunakan insulin untuk melakukan SMBG:
- SMBG sebaiknya dilakukan oleh penderita diabetes yang sudah diedukasi.
- SMBG harus dipertimbangkan sejak awal pasien baru terdiagnosa.
- SMBG harus dipertimbangkan sebagai bagian dari modul edukasi tentang kemampuan pengaturan pemantuan diabetes oleh masing-masing pasien.
- Pengaturan Jadwal dan frekuensi SMBG disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien.
- Sebelum dilakukan SMBG perlu adanya kesepakatan antara penderita diabetes dengan dokternya mengenai tujuan SMBG.
- Penggunaan SMBG membutuhkan prosedur yang mudah untuk memantau kinerja dan akurasi alat tes gula darah
Pemeriksaan gula darah secara mandiri dapat dilakukan dengan beberapa jangka waktu ideal yaitu:
- 2 � 3 hari sekali sesuai kebutuhan penderita Diabetes
- Dilakukan pada saat sebelum dan sesudah makan. Tes kombinasi tersebut, merupakan contoh paling sederhana dari SMBG yang dilakukan secara terstruktur. Tujuan SMBG terstruktur supaya hasilnya bisa dibaca (interpretasi), sehingga bermanfaat untuk penyesuaian dosis obat.
- Target hasil tes gula darah:
� Gula darah setelah makan � Dibawah 140 mg/dL
Komplikasi Diabetes Melitus
Berbeda dengan penyakit lainnya, awalnya penderita diabetes tidak merasakan gejala gangguan penyakitnya. Namun setelah lebih dari 10 tahun, jika kadar gula darahnya tidak dikendalikan, akan timbul komplikasi yang berbahaya.
Diabetes Mellitus dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi yaitu komplikasi akut (komplikasi yang terjadi secara mendadak) dan komplikasi kronis (komplikasi yang terjadi secara menahun).
Komplikasi akut:
- Hipoglikemia: menurunnya kadar gula darah menjadi < 60 mg/dL
- Keto Asidosis Diabetika (KAD): Lemak dipecah menjadi energi dan limbah racun (Keton) karena gula darah terlalu tinggi (>300 mg/dL)
- Koma Lakto Asidosis: penurunan kesadaran hipoksia (yang ditimbulkan oleh hiperlaktatemia (tingkat asam laktik yang tinggi dalam darah).
- Koma Hiperosmolar Non Ketotik: Diabetes Mellitus dengan asidosis metabolic yang menyebabkan penurunan kesadaran hipoksia
Komplikasi kronis: biasanya terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang tidak terkontrol dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun.
Komplikasi kronis dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta syaraf yang terkena yaitu:
- Makroangiopati: komplikasi pembuluh darah besar (pembuluh darah jantung atau jantung koroner, pembuluh darah otak atau stroke, pembuluh darah tepi atau peripheral artert disease)
- Mikroangiopati: komplikasi pembuluh darah kecil yaitu (retionopati diabetika atau retina mata, dan nefropati diabetika atau ginjal)
- Neuropati: komplikasi saraf tepi yaitu terasa tebal atau terbakar atau bergetar pada kaki atau tangan
Komplikasi kronis dapat dibagi berdasarkan organ yaitu:
- Mata: lensa cembung (myopia reversible, katarak irreversible), glaukoma, pendarahan corpus vitreus, retinopati Diabetes mellitus, dan nerve centralis
- Hidung: penciuman menurun
- Mulut: mulut kering, ludah kental, lidah tebal, ginggiva berwarna merah tua
- Jantung: penyakit jantung koroner
- Paru � paru: Tuberculosis (TBC)
- Saluran cerna
- Ginjal dan saluran kencing: infeksi saluran kencing dan disfungsi ereksi
- Saraf
- Sendi: polyarthritis.
- Kaki diabetika: kombinasi makroangiopati, mikroangiopati, neuropati, dan infeksi pada kaki.
Demikian artikel tentang Mengenal Jenis Diabetes dan Cara Mencegahnya ini dapat kami sampaikan, semoga artikel atau info tentang Mengenal Jenis Diabetes dan Cara Mencegahnya ini, dapat bermanfaat. Jangan lupa dibagikan juga ya! Terima kasih banyak atas kunjungan nya.